Rabu, 27 Mei 2009

ALLAH

ALLAH DIANGGAP TIDAK ADA

Aku semakin tidak mengerti dengan banyaknya fenomena yang terjadi di negeri ini. Yang terjadi di setiap bidang kehidupan, di setiap disiplin ilmu. Aku semakin merasakan bahwa Engkau tidak lagi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Engkau telah dimarginalkan. Engkau telah dianggap kalah oleh teknologi. Bahkan, mungkin engkau telah dianggap tidak ada. Atau mungkin juga masih dianggap ada, tetapi sudah tidak bernilai.

Aku semakin heran, ketika melihat banyak sekali orang-orang yang memakai Asmamu tetapi tidak sedikitpun sifatMu yang menempel pada jiwa mereka, pada perilaku mereka sehari-hari.

Aku semakin pilu, ketika melihat kenyataaan bahwa dunia bisnis telah melupakanMu dalam hukum dan prinsip ekonomi yang mereka terapkan. Dunia pendidikan pun sama, tak lagi menyertakanMu di dalam kurikulum maupun skala prioritas. Mereka berasumsi bahwa kesuksesan materi dan kecerdasan intelektual adalah mutiara paling berharga.

Betapa banyak hotel, mall, dan tempat hiburan di jaman sekarang ini. Tetapi, sangat sedikit yang menempatkanMu secara layak dan terhormat. Mereka telah menyudutkanMu di pojok-pojok tempat parkir, gudang, dan toilet. Di pojok-pojok yang tidak mudah ditemukan sehingga membuatku harus setengah berlari ketika akan memenuhi panggilanMu.

Sungguh, ironis memang. Engkau yang memiliki bumi dan alam semesta justru dirampas hak-hakMu. Apa yang sebenarnya mereka inginkan. Apakah karena mereka bodoh? Atau karena mereka ingin menceraikanMu dari kehidupan manusia modern. Sehingga kelak, anak cucu kami tak lagi mengenalMu bahkan merasa asing denganMu. Sungguh tragis. Sekarang ini, lantunan ayat-ayatMu sudah jarang terdengar. Lantunan itu sudah tergantikan oleh celoteh kotak ajaib.

Aku ingin marah. Tetapi pada siapa. Haruskah aku marah pada teknologi? Yang telah membutakan mereka dari suara nurani. Atau pada ilmu pengetahuan? Yang membuat mereka hanya percaya pada sesuatu yang rasional. Tapi aku sadar, Engkaulah yang paling berhak untuk marah. Engkaulah yang berhak mengadili dan menghukum mereka.

Wahai tuhanku, aku sadar engaku maha tahu dari apa-apa yang aku ketahui. Tapi aku tidak rela melihatMu terinjak-injak oleh hambamu, oleh anak-anak ciptaanMu. Aku tidak rela, melihat Engkau dipinggirkan di pojok-pojok penuh sampah dan kecoa. Di toilet-toilet pesing dan becek. Diantara deru suara mobil dan lalu lalang manusia. Tapi, aku tak kuasa berbuat apapun. Aku hanya bisa memohon: SEMOGA ENGKAU TETAP ADA DI HATIKU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar